(Foto: sawah di wilayah Desa Sarirejo Pati)
Kabarpatigo.com - PATI - Meski Kabupaten Pati punya julukan Bumi Mina Tani, profesi petani di daerah ini tampaknya mulai ditinggalkan. Generasi muda tak lagi meminati.
Hal tersebut terlihat dari hasil Sensus Pertanian (ST) 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pati.
Kepala BPS Pati Bob Setiabudi menuturkan, dibanding data sensus pertanian satu dekade silam, jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) di Pati mengalami penurunan.
"Rumah tangga maupun unit usaha pertaniannya ada penurunan. Unit usaha pertanian turun sampai 15,28 persen. Dari 226 ribu turun sampai 191 ribu. Kalau RTUP turunnya tidak banyak. Tahun 2013 jumlahnya 189,9 ribu, 2023 turun sekitar 2,5 persen jadi 185 ribu," kata Bob.
Baca Juga: Dandim 0718/Pati Lakukan Kunjungan Perdana ke Koramil Diawali dari Wilayah Pati Utara
Dia menambahkan, rasio RTUP dibanding unit usaha pertanian dalam rumah tangga juga mengalami penurunan. Dibanding 2013 ada penurunan dari 1,19 jadi 1,03
"Kalau dilihat dari rasio, kita bandingkan antara jumlah RTUP dengan usaha pertanian dari rumah tangga tersebut, secara jumlah rumah tangga, tidak banyak penurunan."
"Tapi dari anggota rumah tangga yang bergerak di pertanian, penurunannya kelihatan. Artinya kalau dulu bapaknya di pertanian, anaknya juga, dalam satu rumah tangga bisa lebih dari satu petani. Sekarang cuma bapaknya," kata dia.
Baca Juga: Perhutani Serahkan Bantuan TJSL untuk Pembangunan 5 Pos Keamanan di Pati
Menurut Bob, jumlah petani di Kabupaten Pati memang masih didominasi generasi baby boomer dan generasi X.
Dari total jumlah petani, kelompok baby boomer, yakni yang lahir antara 1946-1964, menyumbang angka 34 persen.
Adapun petani dari generasi X, yakni mereka yang lahir 1965-1980, berada di angka 44 persen.
"Artinya pelaku usaha pertanian masih didominasi masyarakat berumur lebih dari 40. Generasi muda belum banyak yang tertarik. Bahkan Gen Z belum sampai 1 persen. Masih nol koma," kata dia.
Menurut Bob, generasi yang lebih muda lebih banyak yang memilih sektor industri.
"Kalau saya ambil contoh, saya sempat melihat di Sukolilo. Banyak yang membuat bahan triplek mentah. Itu sudah masuk industri. Ada juga yang di konveksi, kalau tidak salah orderannya sampai Jakarta," ucap dia.
Zaman serba-daring seperti saat ini, menurut Bob, membuat para muda-mudi beralih dari sektor pertanian.
"Kalau berbicara rumah tangganya, pelaku usaha pertanian berbasis rumah tangga tidak banyak berubah. Mungkin orangnya tetap itu-itu saja. Tapi kalau bicara anggota rumah tangga, sekarang banyak generasi lebih muda yang sudah tidak di pertanian," tandas dia. (tribunjateng.com)
Komentar
Posting Komentar