(Foto: Kantor BPBD Pati di Jalan Raya Pati-kudus Km 3.5 Pati)
Kabarpatigo.com - PATI - Pemerintah Kabupaten Pati, Jawa Tengah, siap menghadapi potensi bencana alam menyusul terbentuknya desa tangguh bencana kawasan yang melibatkan sejumlah desa, sebagai upaya meminimalkan risiko bencana.
"Sebelumnya memang sudah terbentuk desa tangguh bencana yang totalnya ada 20-an desa yang tersebar di beberapa kecamatan yang memang rawan terjadi bencana alam, mulai dari banjir, angin kencang, hingga tanah longsor," kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetyo di Pati, Senin (8/1/24).
Kemudian, kata dia, BPBD Pati kembali membentuk desa tangguh bencana kawasan yang melibatkan sejumlah desa, mengingat kasus bencana alam tidak memandang batas wilayah, sehingga perlu pelibatan banyak desa yang memang potensi terdampak bencana alam.
Untuk desa tangguh bencana kawasan yang terbentuk, meliputi Das Sungai Godo, Das Silugonggo, dan Das Dukuhseti.
Baca Juga: Upaya Wujudkan Pemerintah yang Bersih, OPD Menandatangani Pakta Integritas
Das Sungai Godo, imbuh dia, melibatkan Desa Godo, Pohgading, Sinomwidodo, Angkatan Lor, Angkatan Kidul, dan Tanjung Anom.
Sementara Das Silugonggo melibatkan Desa Poncolmulyo, Kasiyan, Kayen, dan Desa Srikaton. Sedangkan Das Dukuhseti melibatkan 10 desa.
Baca Juga: Danramil 15/Batangan Bersama Anggota dan Forkopincam Sambut Kunker Dandim 0718/Pati
Dengan terbentuknya desa tangguh bencana kawasan, maka setiap ada tanda-tanda potensi bencana alam, maka desa terdekat bisa langsung menginformasikannya kepada desa-desa lain yang berpotensi mengalami bencana serupa untuk melakukan antisipasi.
"Misal, di kawasan atas terjadi curah hujan tinggi dan berpotensi terjadi banjir. Maka, desa yang lebih awal terdampak banjir bisa menginformasikan bahwa desanya berpotensi banjir sehingga desa terdekat yang dimungkinkan mengalami hal serupa bisa mengevakuasi warga yang berusia tua. Termasuk barang-barang berharga juga bisa dievakuasi ke tempat lebih aman untuk minimalkan risiko," ujarnya.
Hal demikian, kata dia, biasa terjadi ketika debit air Sungai Juwana meningkat, sehingga desa yang lebih dahulu tergenang bisa langsung menginformasikan ke desa lain, sehingga bisa meminimalkan risiko, termasuk meminimalkan kerugian materi maupun korban jiwa.
Upaya lain yang dilakukan, yakni membentuk forum pengurangan risiko bencana sebagai upaya menghindari baik korban jiwa maupun meminimalkan kerugian materi. Anggotanya juga mendapatkan edukasi dan pelatihan terkait kebencanaan, termasuk dengan para relawan di desa tangguh bencana.
Pemkab Pati juga memiliki 350-an relawan yang siap diterjunkan setiap terjadi bencana alam.
"Jumlah relawan tersebut, belum termasuk dengan relawan di masing-masing desa yang berstatus desa tangguh bencana," ujarnya.
Terkait tempat pengungsian untuk korban bencana banjir, kata dia, memang tersedia tempat pengungsian, namun karena beberapa faktor yang kondisinya masih baik dan bisa digunakan hanya di Desa Kasiyan, sedangkan di desa lain kondisinya kurang terawat sehingga kurang layak ditempati.
Sehingganya, warga yang terdampak pengungsian selama ini memilih mengungsi di rumah-rumah saudaranya yang aman dari banjir. (antara)
Komentar
Posting Komentar