Oleh : Marijo*
(Foto: Marijo)
Kabarpatigo.com - SALATIGA - Kemajuan teknologi membuka lebar akses informasi yang mendatangkan kemudahan dalam berbagai sisi kehidupan. Komunikasi tatap muka dapat dilakukan walau terpisah jarak.
Peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia dapat diketahui dalam hitungan menit, detik, bahkan real time. Ingin mencari informasi apa pun teknologi menyediakan.
Ibarat dunia dalam genggaman yang dapat dijelajahi setiap saat hanya dengan menggerakkan jari terbukalah layanan berbagai kebutuhan mulai usia belia hingga dewasa.
Respons terhadap hadirnya perangkat yang lahir dari proses ‘’perkawinan’’ ilmu teknologi dan komunikasi pun beragam. Kekhawatiran yang menyelimuti sebagian orang tua bahwa perangkat tersebut dapat menurunkan prestasi anak, bahkan "dituduh" menjadi faktor terjadinya dekadensi moral generasi bangsa.
Prof. Imam Sutomo sering menyampaikan bahwa pandangan itu akan selalu ada sesuai dengan zamannya. Orang tua era 60-an saat pertama TVRI mengudara, televisi dianggap penyumbang utama penyebab kegagalan mendidik anak.
Demikian pula sekitar tahun 2000-an saat telepon genggam mulai mengisi gaya hidup masyarakat ditambah internet yang akhir-akhir ini seolah tidak terlepas dari setiap aktivitas manusia juga tidak terlepas dari tuduhan itu.
Pada kenyataannya segala aktivitas manusia tidak terkecuali dunia pendidikan saat ini tidak terlepaskan dari gadget maupun internet. Digitalisasi pada dunia pendidikan sudah bukan hanya wacana.
Kemendikbudristek secara bertahap telah meluncurkan berbagai platform layanan pendidikan berbasis digital. Jutaan guru dan siswa telah mendapatkan masing-masing akun dengan kode belajar.id.
Akun yang dapat dimanfaatkan guru untuk pengembangan kompetensi berkelanjutan atau melakukan aktivitas pembelajaran daring secara gratis.
Ki Hajar Dewantara mengingatkan kepada pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. (Ki Hadjar Dewantara: 2009).
Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan Abad 21 yang tidak terlepas dari IT.
Sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks lokal sosial budaya murid di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.
Pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer yang dilakukan dengan terkoneksi internet. Hasil ANBK dan survei lingkungan belajar disajikan dalam bentuk Rapor Sekolah yang dapat diakses setiap saat.
Baca Juga: Muhammadiyah Tetapkan Puasa Ramadhan 11 Maret, Lebaran 10 April 2024
Platform Merdeka Mengajar sebagai platform edukasi tempat meningkatkan kompetensi guru secara berkelanjutan atau saling berbagi aksi nyata praktik baik _(best practice)._ Dapodik sebagai manajemen data sekolah terkait pengelolaan guru, tenaga kependidikan, siswa, sarana dan prasarana sebagai sumber data menentukan kebijakan pemerintah.
SIPLah sebagai sistem elektronik yang digunakan untuk melakukan pengadaan barang/jasa oleh Satuan Pendidikan dalam menggunakan anggaran Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP).
Juga aplikasi penilaian guru atau persuratan yang sudah mulai migrasi dari cetak menjadi digital. Itulah beberapa perubahan dampak teknologi dan komunikasi dalam dunia pendidikan.
Bagaimana lembaga pendidikan dan orang tua menanamkan pentingnya literasi digital bagi siswa, baik dalam konteks pendidikan formal maupun sebagai persiapan menghadapi dunia digital yang semakin kompleks.
Literasi digital tidak hanya sebatas kemampuan menggunakan perangkat keras atau perangkat lunak komputer. Tidak kalah penting seorang anak harus dibekali kemampuan untuk menilai, memahami, dan menggunakan informasi secara kritis.
Ini melibatkan pemahaman tentang etika digital, keamanan on-line, serta kemampuan untuk memecahkan masalah yang muncul dalam konteks digital.
Mengingat dunia digital membuka lebar persinggungan secara langsung bukan hanya antarindividu, namun memungkinkan mereka akan menemukan antara baik dan buruk dalam batasan yang sangat tipis.
Siswa diharapkan memiliki keterampilan teknologi dasar, pemahaman media sosial dan jejaring. Bagaimana menjaga keamanan digital serta pemahaman tentang sumber daya on-line etika digital.
Pembelajaran yang lebih interaktif, akses terhadap sumber daya pendidikan on-line dan pengembangan keterampilan penelitian yang efektif. Perlindungan diri dan etika digital dengan dikenalkan kesadaran akan risiko on-line dan bagaimana prinsip perlindungan privasi serta menghindari perilaku perundungan (cyberbullying).
Kurangnya pemahaman dan dukungan dari pihak sekolah, penggunaan teknologi yang tidak terkelola dengan baik serta ketidaksetaraan akses terhadap teknologi diyakini sebagai faktor kendala dalam menanamkan kompetensi digital bagi anak.
Maka perlu dilakukan integrasi literasi digital dalam kurikulum yang didukung kemampuan guru. Kolaborasi antar guru dan orang tua dalam melakukan pantau terhadap aktivitas digital siswa.
Pentingnya literasi digital bagi siswa tidak dapat dipandang remeh. Dengan memahami dan menguasai literasi digital, siswa dapat lebih siap menghadapi tantangan masa depan dalam masyarakat informasi yang semakin kompleks.
Oleh karena itu, peran sekolah, guru, dan orang tua sangat penting dalam memberikan dukungan dan pembinaan yang tepat dalam mengembangkan literasi digital bagi siswa. (*)
*Akademisi/Sekretaris PWPM Jateng 2014-2018
Komentar
Posting Komentar