Sejarah dan Kronologi Penemuan Candi Borobudur

(Foto: Candi Borobudur)

Kabarpatigo.com - Candi Borobudur, salah satu mahakarya arsitektur kuno, dibangun pada masa Dinasti Syailendra sekitar abad ke-8 hingga abad ke-9 Masehi di bawah pemerintahan Raja Samaratungga.

Candi ini terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, dan dikenal sebagai candi Buddha terbesar di dunia.

Borobudur dibangun sebagai tempat ibadah dan ziarah umat Buddha, dengan desain yang melambangkan alam semesta dalam ajaran Buddha Mahayana.

Struktur candi Borobudur terdiri dari sepuluh tingkat, yang menggambarkan perjalanan manusia dari dunia fana menuju nirwana, yang diwakili oleh stupa terbesar di puncak candi.

Selama berabad-abad, Borobudur mengalami masa kejayaan dan kemunduran, sebelum akhirnya terlupakan dan tersembunyi oleh hutan lebat serta tertimbun abu vulkanik.

Kronologi penemuan kembali Candi Borobudur:

1. Terlupakan dan Terlupakan (Abad ke-10 hingga Abad ke-19).

Setelah sekitar dua abad digunakan sebagai tempat ibadah, Candi Borobudur perlahan mulai ditinggalkan. Diperkirakan, gempa bumi besar dan letusan Gunung Merapi menyebabkan daerah sekitar Borobudur ditinggalkan oleh penduduknya, sehingga candi tersebut mulai terkubur dan terlupakan.

Pada abad ke-10, pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno pun pindah ke Jawa Timur, menjauh dari Borobudur. Hutan dan vegetasi yang tumbuh subur di wilayah ini semakin menutupi candi hingga akhirnya nyaris hilang dari ingatan sejarah.

2.  Legenda Ksatria dalam Sangkar

Ratusan tahun kemudian, ketika orang mulai membuka hutan untuk ladang dan pemukiman, penduduk menemukan bukit batu yang penuh dengan batu berukir. Bukit batu tersebut disebut Redi Borobudur atau Bukit Borobudur.

Salah satu legenda yang terkenal adalah tentang "ksatria dalam sangkar." Konon, di tengah bukit itu terdapat sangkar batu yang mengurung seorang ksatria. Kabar arca ksatria terkurung dalam sangkar itu segera menyebar dan sampai di kalangan bangsawan istana Kerajaan Mataram di Yogyakarta.

Baca juga: Ikuti Upacara Peringatan HUT ke-79 RI di IKN, Ketua MPR RI Bamsoet Dorong Pembangunan Berkelanjutan di IKN

Tahun 1758, seorang pangeran dari Kerajaan Mataram Yogyakarta mengunjungi Redi Borobudur ini karena ingin melihat arca ksatria yang terkurung dalam sangkar tersebut.

Namun, sepulang dari sana, sang pangeran tersebut meninggal dunia. Kabar meninggalnya sang pengeran semakin membuat Bukit Borobudur angker dan keramat.

(Foto: Candi Borobudur)

3. Masa Penjajahan Inggris (1811-1816)

Candi Borobudur ditemukan kembali pada masa penjajahan Inggris di Jawa. Penemuan ini diawali oleh laporan seorang inspektur Belanda bernama Cornelius, yang mendengar adanya tumpukan batu yang mencurigakan di hutan dekat desa Bumisegoro, Magelang.

Atas perintah Gubernur Jenderal Inggris di Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles, Cornelius melakukan penyelidikan pada tahun 1814. Ia melakukan pembersihan sebagian dari vegetasi yang menutupi candi dan melaporkan temuannya kepada Raffles.

Kisah tentang ksatria dalam sangkar mungkin turut memengaruhi rasa penasaran untuk menelusuri lebih jauh area tersebut.

4. Ekskavasi Awal (1835)

Setelah berakhirnya masa pemerintahan Inggris dan kembalinya Jawa ke tangan Belanda, upaya untuk menggali dan memulihkan Borobudur dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1835, seluruh bagian candi berhasil diekskavasi dan dibersihkan dari tanaman liar. Seorang insinyur Belanda bernama Hartmann melakukan penggalian lebih lanjut dan menemukan bagian-bagian yang lebih tersembunyi dari candi ini.

Relief-relief dan stupa-stupa yang mengungkapkan arca Buddha yang tertutup di dalamnya membuat legenda tentang ksatria dalam sangkar menjadi relevan.

5. Studi dan Pemugaran Awal (1907-1911)

Pada awal abad ke-20, pemerintah kolonial Belanda menginisiasi proyek pemugaran besar-besaran untuk Candi Borobudur di bawah arahan arkeolog Belanda, Theodoor van Erp.

Selama periode 1907 hingga 1911, van Erp memimpin upaya untuk memperbaiki struktur candi yang rusak dan membersihkan relief-reliefnya yang terancam oleh kerusakan akibat erosi dan faktor alam lainnya.

Pemugaran ini melibatkan pembongkaran dan penyusunan ulang bagian-bagian candi yang rapuh, serta mengamankan struktur bangunan.

6. Pemugaran Besar (1973-1983)

Pada tahun 1970-an, Candi Borobudur menghadapi ancaman serius dari kerusakan akibat pelapukan dan pengendapan air. Pemerintah Indonesia, dengan bantuan UNESCO, meluncurkan proyek pemugaran besar yang berlangsung dari tahun 1973 hingga 1983.

Pemugaran ini melibatkan pembongkaran seluruh bagian candi, memperbaiki fondasi, dan memasang sistem drainase yang baru untuk mencegah penumpukan air. Setelah sepuluh tahun, Borobudur kembali berdiri dengan megah sebagai situs warisan dunia yang diakui oleh UNESCO.

Penemuan kembali Candi Borobudur dan usaha-usaha untuk memugar dan melestarikannya merupakan upaya panjang yang melibatkan banyak pihak. Dari masa penjajahan Inggris hingga proyek besar UNESCO, Borobudur kini berdiri tegak sebagai simbol kebanggaan bangsa Indonesia dan warisan budaya dunia yang tak ternilai. 

Legenda yang berkembang selama candi ini tersembunyi, seperti kisah ksatria dalam sangkar, menambah dimensi mistis dan budaya dari situs ini. (red)

Komentar