Tanggapi Soal Libur Sekolah Selama Bulan Ramadan, Muhammadiyah: Paling Penting Bina Akhlak dan Akal Budi

(Foto: Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir)

Kabarpatigo.com - JAKARTA - Terkait dengan rencana libur sekolah selama Bulan Ramadan, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan bahwa hal tersebut sepenuhnya kebijakan pemerintah.

Dan selanjutnya Muhammadiyah mendukung apa yang diputuskan oleh pemerintah.

Baca juga: Ada Empat Karakter Gerakan 'Aisyiyah Ditetapkan dalam Forum Tanwir I, Ini Penjelasannya!

Baca juga: Bamsoet: Alhamdulillah KADIN Bersatu Kembali, Dorong Peningkatan Peran dalam Pembangunan Ekonomi Nasional

Baca juga: Menag RI Hadir di Tanwir ‘Aisyiyah, Sampaikan Dukungan Terhadap Penguatan Pemberdayaan Perempuan

Haedar mengatakan jika ada libur seberapapun lamanya manfaatkan untuk pembinaan akhlak, karakter, akal budi, dan budi pekerti di samping pembelajaran lain.

Baca juga: Larang Impor Beras Hingga Jagung, Zulhas Ajak 'Aisyiyah Wujudkan Kedaulatan dan Swasembada Pangan

Baca juga: Mengawal Kesetaraan Gender, Kapolri dan Ketua Umum PP 'Aisyiyah Teken Kerjasama Perlindungan Hukum Bagi Perempuan Anak

Ada banyak problem soal mentalitas dalam kehidupan anak-anak Indonesia.

“Perlu ada pembicaraan terlebih dahulu secara intens,” jelas Haedar ketika ditemui awak media selepas membuka Tanwir I ‘Aisyiyah pada Rabu (15/1/25) di Hotel Tavia Jakarta.

Baca juga: Dandim Pati Instruksikan Babinsa Dampingi Petani untuk Sukseskan Program Ketahanan Pangan

Baca juga: Mendikdasmen Abdul Mu'ti Apresiasi Peran 'Aisyiyah dalam Wujudkan Pendidikan Inklusif di Indonesia

Menurut Haedar, suasana dan budaya selama Ramadan telah menyatu dengan habituasi anak-anak muslim Indonesia. Suasana khidmat Ramadan bisa dijadikan untuk membina akhlak dan akal budi.

“Sehingga libur seberapa lama pun di bulan Ramadan gunakan untuk membina akhlak, bina akal budi. Di samping juga ada proses pembelajaran,” jelas Haedar.

Guru Besar Ilmu Sosiologi ini juga menyoroti ketercerabutan budaya dari anak-anak. Itu terjadi lantaran tingginya mobilitas informasi yang dikonsumsi secara digital yang diakses melalui gawai.

Kenyataan itu menurutnya menjadi alasan pentingnya pembinaan akhlak, pendidik akal budi, termasuk juga karakter bagi anak-anak Indonesia. (red)

Komentar