Bangsa Pekerja Bukan Omon Omon (Catatan Ringan Tantowi Yahya di Guangzhou)

(Foto: Tantowi Yahya)

Kabarpatigo.com - Selama 4 hari 5 malam saya bersama 40 pengusaha dan profesional dari Indonesia berkesempatan melancong ke Shenzhen dan Guangzhou, dua kota besar dan penting di Cina bagian Selatan.

Kami mengunjungi 3 perusahaan yang jadi buah bibir dunia ; Huawei, BYD dan Alibaba. Secara berurutan mereka dikenal sebagai kampiun di industri telekomunikasi, otomotif dan e commerce.

Kunjungan ini terlaksana berkat pengaturan dan lobi dari Helmy Yahya bersama Bosum, lembaga pendidikan bisnis terkemuka di Cina. 

Saya dan kebanyakan peserta pernah beberapa kali ke Cina sebelumnya. Tapi kunjungan kali ini istimewa, utamanya karena akses ketiga perusahaan raksasa tersebut. Dalam dunia bisnis akses itu mahal. 

Sebagai pimpinan rombongan, Helmy yang telah berulang kali ke Cina sering mensitir anjuran Rasulullah Muhammad SAW yang beliau ucapkan ratusan tahun lalu "Belajarlah sampai ke negeri Cina". Lho koq mengapa Cina ya? bukan Mesir atau Turki misalnya yang juga dikenal sebagai pusat ilmu dan peradaban.

Banyak yang menafsirkan itu karena letak Cina yang begitu jauh dan secara kultur dan kepercayaan juga jauh berbeda dari negeri Arab dimana kebanyakan umat Islam bermukim waktu itu.

Sesungguhnya Rasulullah telah memberikan anjuran ekstrim, untuk urusan ilmu, lupakan soal jarak dan abaikan soal kepercayaan dan tradisi dari tempat dimana ilmu itu bersumber. Pergi dan tuntutlah ilmu meski itu jauh dan berbeda darimu. Kurang lebih begitu, mohon maaf kepada para ahli tafsir.

Baca juga: Bamsoet: Beri Kesempatan Presiden Prabowo Wujudkan Kebijakan Ekonomi Berlandaskan Konstitusi

Pada titik inilah saya menyimpulkan Muhammad sebagai manusia sempurna yang diberikan kemampuan melihat jauh kedepan mengetahui Cina adalah pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan kelak karenanya akan memimpin dunia.

Jualan Helmy kepada para pengusaha agar belajar dari Cina sungguh tidak keliru. Meski hanya berkunjung ke tiga perusahaan, kami mendapatkan jawaban mengapa negeri ini sukses dan dalam waktu yang singkat.

Mengapa merek-merek produk yang dihasilkan perusahaan-perusahaannya menjadi merek dunia. Cina merdeka tahun 1949, 4 tahun setelah kita.  Hanya dalam setengah abad kemudian menjadi negara maju dan makmur. Angka kemiskinan dan pengangguran terus turun.

Tahun 2003 Cina telah berhasil mengeliminasi kemiskinan ekstrim. Dari interaksi dengan pengusaha dan akademisi, kami dibuat paham, kolaborasi pemerintah dan dunia usaha menjadi kuncinya. Dunia usaha sebagai mitra pemerintah dan perusahaan sebagai mesin ekonomi harus bergerak cepat.

Berpikir hari ini, dijadikan konsep besok, lusa produksi. Kurang lebih begitu. Tidak banyak cengkunek kata orang Medan. Untuk itu diperlukan kerjasama apik pemerintah dengan dunia usaha. Pemerintah sebagai fasilitator, pengusaha sebagai pelakunya.

Baca juga: Fakta Berbeda Terkait Remaja Pencuri Pisang, Ini Penjelasan Firman Soebagyo Usai Cek Perangkat Setempat

Rata-rata perusahaan besar di Cina lahir di pertengahan tahun delapan puluh. Dalam waktu singkat (20-30 tahun kemudian) menjadi besar dan mendunia. Kami pun bertanya apa rahasianya? Tidak ada rahasia menurut mereka. Adalah sifat mereka yang pekerja keras dan pemerintah yang terus mendorong dan memfasilitasi adalah sumber utama kesuksesan. Transformasi dari pertanian ke industri tidak mungkin terjadi tanpa dukungan dan dorongan pemerintah. 

Tehnologi dan Inovasi sebagai pondasi

Huawei berdiri pada tahun 1989 sebagai pabrik pembuat perangkat telekomunikasi, PBX. Kemudian lanjut ke penghasil handphone, tablet dll. Tahun 2024 ini perusahaan ini meluncurkan mobil listrik pertamanyanya. BYD memulai usahanya sebagai pabrik penghasil rechargeable battery pada tahun 1994 dan menjadi pemasok utama Nokia. Baru memproduksi mobil pada tahun 2003.

Saat ini BYD menjual 4 juta mobil listrik per tahunnya. Menjadi pemimpin besar di banyak negara termasuk Indonesia. Sedangkan Alibaba yang didirikan oleh Jack Ma tahun 1994 awalnya adalah dalam rangka membantu UMKM untuk meningkatkan penjualannya dan menciptakan kebanggaan bagi rakyat Cina.

Pada Hari Belanja 11 Nopember tahun lalu (seperti Black Friday di Amerika) Alibaba mencatat transaksi penjualan 1 Triliun RMB (2500 Triliun Rupiah) dalam satu hari itu. Apakah dengan pencapaian itu mereka berhenti berinovasi? Tentu tidak. Huawei sudah merambah ke otomotif, BYD sudah mulai memproduksi kereta api listrik. Entah apalagi yang akan dilakukan oleh Alibaba.

Tulisan ini bukan bermaksud untuk mempromosikan Cina atau sejenisnya.  Tapi lebih dalam rangka mengangkat sebuah realita bagaimana sebuah negara dalam waktu yang sangat cepat sanggup menjadi raksasa dunia apabila mempunyai tujuan dan fokus untuk mencapainya. 

Tidak bermaksud membandingkan karena memang tidak apple to apple. Cina adalah negeri dengan rakyat yang homogen. Sistem pemerintahannya sentralistik dan politiknya tidak ruwet. Proses pengambilan keputusan menjadi cepat sekali. Kita, sebaliknya.

Sebagai orang Indonesia yang pernah didalam dan diluar pemerintahan, saya sering bersungut-sungut sendiri. Disini kita masih terus ribut soal nilai dan spiritual, disana mereka terus mencari inovasi dan pengembangan teknologi.

Kita terus menjadi pasar, mereka terus menjadi penjual. Mereka terus bekerja, jika tidak ada kesadaran kolektif kita akan terus omon omon. (Guangzhou 21 Februari 2025)

Komentar