(Foto: Partai Golkar)
Kabarpatigo.com - SEMARANG - DPD Partai Golkar Jawa Tengah bakal menggelar Musyawarah Daerah (Musda) tahun 2025 dalam waktu dekat.
Musda menjadi ajang musyawarah untuk memilih dan menetapkan Ketua DPD pengganti Panggah Susanto.
Pengamat politik Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang Joko J. Prihatmoko mengungkap kepemimpinan yang dibutuhkan Golkar Jateng serta kriteria pemimpin yang ideal untuk partai tersebut.
Dia menyebut, DPD Golkar Jateng butuh kepemimpinan transformasional. Ada dua alasan pentingnya gaya kepemimpinan transformasional.
Pertama, memelihara momentum kenaikan suara signifikan pada Pemilu 2024.
Dia lantas menyebutkan sederet prestasi Golkar Jateng pada Pileg 2024 dan Pilkada 2024. Golkar Jateng mengalami kenaikan kursi parlemen dan mampu memenangkan calon yang diusung di daerah, termasuk Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng.
”Coba lihat kursi DPRD Provinsi naik dari 12 menjadi 17. Lalu, dari 35 kabupaten/kota yang menggelar pilkada di Jateng, calon kepala daerah yang diusung Golkar Jateng, sukses memenangi di 24 kabupaten/kota,” ungkap Joko, Jumat (7/3/25).
“Selain itu, calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung Golkar juga menang. Itu kinerja politik yang harus dijaga,” imbuhnya.
Baca juga: Sudewo Sumbangkan Ribuan Bibit Durian dari BUMN ke Kelompok Tani Gunungwungkal
Kedua, kepemimpinan transformasional dibutuhkan karena penting menangkap dan mengelola perubahan politik karena semakin besarnya komposisi kaum muda dalam struktur demografis. Mereka ialah kelompok Milenial dan Zilenial.
Menurut Joko, pemimpin transformasional memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu. Di antaranya mempunyai visi besar dan mempercayai intuisi, menempatkan diri sebagai motor penggerak perubahan.
Selanjutnya berani mengambil risiko dengan pertimbangan yang matang, mampu memprediksi kondisi yang ideal bagi organisasi, memberikan teladan yang etis, empatis, tulus, optimistis, serta berwibawa.
Baca juga: Sanksi Berat Bagi PKL Nekat Jualan di Area Zona Merah Alun-Alun Pati
Baca juga: Catatan Politik Senayan: Merawat Asa Good Governance Walau Dirusak Perilaku Koruptif
Pemimpin transformasional juga mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja yang dinamis; dan memiliki pemikiran terbuka terkait metode baru yang diusulkan.
Gaya kepemimpinan transformasional, kata Joko, dapat memotivasi pengikutnya untuk bekerja lebih maksimal dalam mencapai tujuan organisasi.
“Tujuan utama politik ya jelas kekuasaan. Tetapi bagaimana meraih kekuasaan dengan tetap menjaga etika dan mengorientasikan kekuasaan untuk rakyat. Itu bedanya pemimpin transformasional,” ujar pengajar di Ilmu Politik Unwahas itu.
Pada tingkat organisasi, manajemen harus bersikap dan berperilaku yang asah, asih, dan asuh, sehingga terjaga keharmonisan dan integrasi yang baik di dalam tubuh organisasi.
Joko bilang, pemimpin transformasional juga mendorong jajarannya untuk melihat masalah dari sudut pandang baru.
Selama ini problem kemiskinan dan keterbatasan infrastruktur selalu menjadi sorotan utama pembangunan di Jateng yang ditangani dengan pendekatan normatif.
”Pemimpinan bergaya transformatif bisa melepaskan diri dari pendekatan tersebut tanpa mengabaikan situasi dan budaya lokal. Coba menggunakan pendekatan alternatif misalnya melihat dari sisi ketidakmerataan sarana dan prasarana pembangunan,” terangnya.
Ditanya figur bergaya transformasional yang tepat memimpin Golkar Jateng, Jokopri, panggilan akrab Joko Prihatmoko sedikit memberikan sinyal, namun tidak bersedia menyebut nama figur sesuai kriteria tersebut.
”Biarkan bola bergulir saja, nanti pada saatnya pasti akan muncul seiring dengan usulan DPD Golkar kabupaten/kota yang memiliki hak pilih dalam musda Golkar,” ungkap Jokopri. (indoraya)
Komentar
Posting Komentar